DEAR MULTITASKER
Punya banyak deadline, rutintas padat, namun hanya punya sedikit waktu kadang mendorong kita untuk jadi multitasker. Atas nama efisiensi waktu, kita kerap memaksa diri kita untuk menyelesaikan dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu sekaligus. Contohnya saat kita di perkuliahan, sambil mendengarkan dosen kita nyambi periksa HP buka whatsApp kirim pesan ke partner kerja. Atau saat sedang buka laptop nulis artikel majalah dibarengi nonton drama Korea.
Tapi sadarkah kamu, kalau faktanya otak kita itu tidak bisa fokus ke dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu. Apalagi bila aktifitas yang dilakukan dalam satu waktu itu menggunakan otak yang sama. Misal saat kamu membaca buku sambil mendengar lagu berlirik, kamu berarti memaksa otakmu untuk memahami apa yang kamu baca sekaligus mencerna lirik lagu yang sedang kamu dengar. Ini tentu akan memperberat kerja otak kita.
Keseringan multitasking, apalagi dalam hal-hal kompleks, kita sama aja memaksa otak kita selalu mereset ulang dirinya untuk melakukan pekerjaan baru. Hal ini tentu akan membuat otak kita kewalahan dan stres. Multitasking juga cenderung membuat seseorang lebih lama menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu dari pada menyelesaikannya satu persatu. Terbukti juga bahwa ketika kita melakukan pergantian tugas dalam satu waktu, kita cenderung akan melakukan kesalahan. Karena fokus kita tidak tertuju pada satu titik yang menyebabkan ketidakoptimalan kinerja kita dalam hal-hal tersebut. Bahkan dalam sebuah riset disebutkan bahwa multitasking dapat mengurangi IQ hingga 10 poin. Mengerikan sekali bukan.
Peneliti dari University of California mengatakan, bukan hanya aksi fisik multitasking yang dapat membuat stres, namun juga konsekuesi setelahnya. Seperti meningkatkan risiko dari berbagai tugas yang gagal dikerjakan hingga kegemukan.
Guru kita Syaikh Muhammad Aroby juga pernah menyinggung kasus yang mirip multitasking. Beliau mengatakan bahwa setiap Allah swt membukakan satu pintu kebaikan untuk kita, syaitan itu akan membisikkan pintu-pintu kebaikan yang lain. Misal saat kita sedang mendirikan shalat tahajjud, syaitan akan berkata bahwa sebagai penuntut ilmu belajar lebih utama daripada shalat sunnah, sehingga otak dan hati kita yang seharusnya bisa khusyu’ shalat menjadi terganggu karena merasa ingin cepat selesai dan bisa beralih belajar.
Nah, untuk menghidari hobi multitasking dan segala resikonya seperti yang sudah disebutkan diatas, kita bisa beralih ke singletasking. Selain bisa lebih produktif, lebih hemat waktu, kita juga dapat mendedikasikan segenap fokus dan konsentrasi kita untuk satu pekerjaan dalam satu waktu. Salah satu kiatnya kita bisa menulis jadwal kegiatan kita sedetail dan sespesifik mungkin. Sehingga mengindari penumpukan pekerjaan. Dan sebisa mungkin, beri jarak dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya sejenak waktu istirahat agar otak kita bisa kembali rileks dan siap fokus di pekerjaan selanjutnya.
Maa syaa Allah Bibins 😍
BalasHapusMasya Allah ukhtiy, menginspirasi sekali.
BalasHapus