Trauma Harus Dihadapi, Jangan Dihindari
Belajar dari Drama "Pyscho, but It's Okay"
belajar memang tak terbatas medianya, tak melulu dari buku ataupun majelis ilmu, serial drama korea pun bisa jadi media pembelajaran bagi kita lo. Pada kesempatan ini aku bakal mengulas salah satu serial drama yang baru-baru ini jadi trending di Netflix, Pyscho, But it's okay.
Drama bergenre romance ini menceritakan kisah cinta antara seorang perawat di sebuah rumah sakit jiwa, Moon Kang Tae (Kim So Hyun) dengan Ko Moon Young (So Ye Ji) seorang penulis dongeng anak yang populer dan cantik jelita. Sebenernya gak jauh beda sama kisah cinta di drama korea kebanyakan, yg awalnya benci jadi cinta, lalu berakhir bahagia.
Aku pribadi sebenernya ga terlalu suka genre ini. Tapi setelah melihat ulasan2 yang bilang kalo drama ini sering disebut sebagai healing drama karena sarat akan pesan-pesan tentang pentingnya kesehatan mental. Aku jadi tertarik untuk coba tonton, dan ternyata terbukti. Bahkan gak cuma itu, drama ini juga ternyata memuat nilai2 kebajikan yang menurutku applicable banget di kehidupan nyata. Jadi, selain persoalan cinta, sutradara PBIO juga dengan sangat apik mengisahkan tentang bagaimana orang2 penderita gangguan kejiwaan menjalani kehidupan mereka, dan metode psikoterapi yang mereka jalani untuk sembuh darinya.
Konsep yang diusung dalam drama ini menurutku juga sangat menarik sih. Karna banyak membahas isu kesehatan mental, sebagian besar adegan dalam drama 16 episode ini mengambil latar belakang sebuah rumah sakit jiwa. Alur ceritanya pun gak jauh2 dari seluk beluk kehidupan di rumah sakit jiwa tersebut. Mulai dari kehidupan pasien, perawat, dokter, para pekerja dan lainnya.
Apa yang ditanyangkan di dalamnya menurutku bisa banget meluruskan stereotip yang masih kerap melekat pada rumah sakit jiwa. Masih banyak orang yang seringkali beranggapan bahwa disana hanyalah tempat bagi mereka yang tidak waras, gila, atau semacamnya, padahal faktanya gak begitu. rumah sakit jiwa memang tidak diperuntukkan bagi mereka yang sakit secara fisik, tapi bagi mereka yang sakit secara psikis. Dan sebetulnya baik sakit secara fisik maupun psikis keduanya sama2 memiliki hak untuk berobat dan sembuh. Orang yang sakit secara psikis, bukan berarti orang gila dan tidak waras, dan berobat ke psikiater atau rumah sakit jiwa adalah pilihan yang tepat sebagaimana orang yg sakit fisiknya berobat ke dokter.
Salah satu tokoh favorit yang akan aku bahas kali ini adalah O Ji Wang, diperankan oleh aktor senior Kim Chang Wan. Ia merupakan direktur Rumah Sakit Jiwa Ok tempat Moon Gang Tae bekerja. Disamping itu ia juga merupakan dokter spesialis kejiwaan yang dinobatkan sebagai ahli pengobatan trauma nomor 1 di korea (dalam drama tentunya).
ya walaupun hanya tokoh fiktif, karakter O Ji Wang bagiku merupakan gambaran daripada seorang psikiater ideal. Aku menyimpulkan dari keterampilannya dalam mengelola rumah sakit dan dalam megobati pasien-pasiennya. Ia selalu memperlakukan pasien2nya dengan baik seperti kerabat yang mesti dibantu sepenuh hati. Selain itu Ia juga punya metode unik dalam menyembuhkan pasien-pasiennya.
Hampir semua penderita gangguan kejiwaan dalam drama ini merupakan mereka yang memiliki trauma di masa lalu. Aku bakal bahas salah satunya. Kakak dari Moon Gang Tae, Moon Sang Tae (Oh Jung Su) (dia juga tiokoh favoritku karna aktingnya keren banget sih). Pria berusia 35 tahun ini merupakan penderita autisme yang menjadi satu2nya saksi pembunuhan ibu kandungnya pada saat ia masih remaja. Pelakunya adalah seorang wanita yang mengenakan bros berbentuk kupu2. Paska menyaksikan pembunuhan sang ibu, Sang Tae juga mendapat ancaman akan dibunuh juga kalau sampai buka mulut. kejadian itu yang kemudian menjadi trauma berat baginya. Sehingga setiap musim semi tiba dan kupu2 mulai berterbangan ia selalu memimpikan kejadian malam itu. Akibatnya ia mengalami depresi berat, yang membuat ia dan adiknya Gang tae harus pindah ke kota lain di setiap musim semi untuk “melarikan diri dari kupu-kupu”.
Tapi semua teratasi setelah mereka pindah di kota Seogjin dan Gang Tae bekerja di Rumah Sakit jiwa Ok. Di rumah sakit itu, Direktur O memberikan konseling dan resep untuk trauma berat yang dialami Sang Tae. Sang Tae yang hobi melukis ia minta untuk menggambar mural pemandangan musim semi di dinding rumah sakit. Ia bahkan berjanji akan memberinya upah sesuai dengan hasil gambarnya, tapi dengan syarat sang tae harus menyempurnakan gambarnya dengan menggambar kupu2. Walaupun sempat menolak dan bersikeras tidak mau melanjutkan muralnya, Sang Tae akhirnya berhasil menggambar kupu2 musim semi yang indah, dan ia pun berhasil mengatasi traumanya.
O Ji Wang meyakini, jika ingin menghadapi trauma, pasien harus berani menghadapi pemicu traumanya, bukan malah menghindari. maka salah satu metode terapi yang dilakukan adalah behaviorial and thought management, yaitu dengan melatih indra dan jiwa dengan paparan objek yang ditakuti.
Begitu kiranya metode psikoterapi ala direktur O yang juga ia terapkan ke pasien2 dengan trauma lainnya. Ada pasien penderita PTSD, kemudian gangguan kepribadian ganda, depresi, delusi. Kalo mau tau cerita lengkapnya monggo ditonton saja.
Pokoknya, Trauma itu harus dihadapi, jangan dihindari. Hadapi dengan cara yang tepat, dan jangan pernah malu atau ragu untuk cerita, dan kalo dirasa perlu konsultasikan ke para profesional. Karena sama halnya dengan tubuh yang sakit, jiwa yang sakit juga harus diobati.
Nah, selain sudah berjasa mengisi kegabutanku selama masa pandemi, drama ini juga berhasil jadi media pembelajaran buatku dan mungkin para penonton lainnya tentang pentingnya kepedulian terhadap kesehatan mental, fisik dan emosional kita dan orang sekitar kita. Di akhir tulisan saya ingin menyampaikan kalau “Pyscho, But It’s okay” worth it sekali untuk ditonton. Ya walaupun ga dipungkiri namanya drama korea pasti durasinya panjang dan bakal makan banyak waktu. Jadi pesenku nontonnya kalo ada waktu luang aja ya, semoga ulasannya bermanfaat ;).
Komentar
Posting Komentar