Hujan di Sore Hari

kamu yang hari itu lupa membawa payung nampaknya hanya bisa berdiri mematung di tepi bangunan, melindungi diri agar tak kebasahan. tapi sayangnya setengah badanmu sudah kuyup terkena percikan air hujan. aduhai, kasihan sekali. satu jam sudah berlalu, hujan tak kunjung berhenti. kamu mulai menggigil menahan dingin yang kian merasuk sampai tulang. oh kentang, nasib baik sepertinya memang sedang tak berpihak, angkutan umum yang biasanya berebut penumpang tak satupun lewat, ojek online pun sudah dua kali menolakmu karena sepertinya tak mau repot-repot menerobos hujan di kota kita yang kamu tahu sendiri bagaimana. beberapa teman yang coba kamu hubungi juga sepertinya belum bisa membantu, sedang aku saat itu sepertinya masih lelap tertidur dengan ponsel yang tak menyala. 

"aaa sampai kapan gua harus nunggu di sini..?"

tiba-tiba
tinnnnn!!!
dari arah matahari terbenam, samar-samar kamu melihat sosok hitam menggendarai motor matic yang setengah bannya direndam air berlumpur mengarah ke tempatmu berteduh.

"tang, kamu ngapain di situ?!" ucapnya setengah berteriak.

"berteduh lah, kaga bisa liat apa, udah tau ujan deres."

"ye, ditanya baik-baik malah ngegas." wajah dalam balutan helm tak berstandar SNI itu malah tertawa. "yaudah sini bareng aku aja, aku antar balik."

"idih ogah, males gue boncengan ama elu," ucapmu yang masih sibuk dengan ponselmu berusaha menghubungiku. kalau tidak salah si, saat itu diriku masih sibuk bermimpi indah.
"ish, tega banget si langit..."

sosok pengendara motor itu kemudian berpindah tepat di depanmu.
"hei, badanmu udah basah kuyup lo itu, kalau sakit gimana, beneran deh mending aku anterin pulang aja."

seketika kamu mengangkat wajah, sosok itu kini hanya berjarak setengah meter dari ujung sepatumu. saat itu, pandangan kalian tak sengaja bertemu. aduhai, sepertinya kamu tak enak bila menolak.
"ih, gausa. lagian lu kalau nganterin gue kan malah muter dua kali jadinya. ga enak gue ngerepotin, lagian kayaknya ujannya bentaran lagi juga kelar, lu duluan aja silahkan."

"yaudah kalau gitu aku temenin kamu di sini aja ya sambil nunggu angkutan, kasian kamu sendirian, nelangsa banget diliat orang. gapapa kan?"

pertanyaan retoris, mau dijawab tidak pun dia tetap akan turun dari motornya kemudian berdiri di sampingmu. kamu menghela nafas pasrah, sambil bergumam "yaudah terserah aja". sejurus kemudian dia mulai melancarkan basa-basi penghangat suasana.

hujan nampaknya masih betah menari-nari di kota kita yang sudah hampir setahun tak diguyur olehnya. jalanan tampak lega, hanya terlihat satu dua kendaraan yang berjalan dengan kecepatan sedang. langit mulai memamerkan semburat kemerahan tanda senja hendak berpamitan. selang 30 menit kemudian, azan maghrib berkumandang, bersamaan dengannya hujan pun perlahan mulai mereda. menyisakan air kecoklatan yang tumpah ruah memenuhi jalanan.
ting!
notifikasi dari aplikasi ojek online menunjukkan bahwa seseorang menerima pesananmu, "Alhamdulillah.."

tak lama kemudian mobil merah tua merk hyundai datang menghampiri kalian yang, waw.. sepertinya mulai asyik berbincang.
"yaudah gue cabut duluan ya, makasi udah nemenin, hati-hati jangan ngebut," ucapmu seraya melambai ke arah sosok itu.

"oke tang, kamu juga hati-hati ya, kabari aku nanti kalau udah sampe, bye tang," dia balas melambai.

...

di saat yang sama aku terbangun dari tidur soreku. kepalaku pening sekali, aku ambil ponselku dan melihat belasan pesan masuk dan panggilan tak terjawab darimu. oh kentang, maafkan aku. tak berselang lama kamu datang mengucap salam, tapi anehnya wajahmu sama sekali tak menunjukkan gurat kekesalan padaku sepertimu tabiatmu yang ku kenal. kamu malah riang menyapaku lantas bergegas merapikan diri.

usai shalat maghrib aku menghampirimu.
"tang, maafin gua tadi ketiduran, lu tau sendiri kan kalau tidur gua gimana, ujan sederes tadi aja gua sama sekali ga nyadar," ucapku sembari menyuguhkan teh yansun kesukaanmu sebagai ucapan maaf.

"ya elah, santai aja kali ngit, lagian lu kan sebenernya juga ga bisa bantu gue tadi. gue cuma bingung aja mau ngehubungin siapa di saat genting kaya tadi, untung ada dia," kulihat kamu tersenyum penuh arti seperti sedang mengenang sesuatu yang indah.

"dia? siapa tang maksud lu?"

"itu, si ahmad, anak angkatan kita yang jago bikin puisi itu lo, lu tau kan. dia asik banget ya ternyata, obrolannya bisa ngasi efek kehangatan gitu buat gue yang lagi kedinginan tadi."

"dih.. ni orang kesambet apa dah, napa jadi sok puitis gajelas gitu si."

"haha, ketularan ahmad kali, ya. asik lo ngit ngobrol ama dia, wawasan nya luas gitu."

aku balas mengangguk lalu pergi beranjak menuju kasur hendak kembali tidur. entah kenapa hari itu aku lelah sekali, sampai-sampai jam tidurku meningkat 25 persen dari biasanya, hehe.

dari gerak-gerikmu aku menerka bahwa pertemuan singkat itu sepertinya telah menorehkan kenangan manis di lembaran hidupmu. hanya dalam waktu singkat sosok itu telah mampu melunakkan sikapmu yang biasanya begitu apatis terhadap kaum lelaki. pasca kejadian itu, kamu jadi lebih sering sibuk dengan gawaimu. beberapa kali tanpa sengaja aku pergoki, kamu ternyata sibuk berkirim pesan dengannya. bahkan sudah dua kali aku melihatmu asik berbincang via telepon, yang kalau dugaanku tak salah ya dengan si ahmad.

klise sekali kisahmu, padahal yang ku tahu kamu selalu menggaungkan jargon anti ikhtilat. kamu jelas nyaring berorasi tentang bahaya cinta sesaat. ya memang, manusia tak luput dari kesalahan, barangkali kamu yang tempo hari gemar mengingatkan soal rambu-rambu cinta, hari ini yang mesti diberi peringatan.

hingga tiba suatu hari...
aku melihatmu menuruni tangga, matamu sembab, di wajahmu tergurat kesedihan berhiaskan air mata yang mulai meringkai. kamu berjalan ke sudut taman menyandarkan punggungmu pada dinding yang catnya lusuh mulai mengelupas. aduhai, ada apa denganmu kentang....

aku kemudian menghampirimu dan duduk di sampingmu.
"tang, lu kenapa, ada masalah? sini cerita ama gua jangan nangis sendirian kaya orang gapunya temen gitu dong."

"langit..., gua sehipokrit itu ya ternyata, biasanya paling banter ngingetin temen-temen batasan cewe cowo, sekarang gua sendiri yang ngelanggar."

"baru nyadar lu?" balasku sembari menyeringai tipis.

"lu pasti udah greget kan ngit, pengen marahin gua?"

"gak juga si tang sebenernya, karena gua ngerti betapa melalaikannya hal kaya gini, gua minta maaf ya gak intervensi lebih awal, tapi lu kenapa tiba-tiba nyadar? terus kenapa muka lu kaya abis nangis semaleman? diapain lu sama amad?"

kamu terdiam, menatapku, air matanya tampak hendak keluar lagi, kamu menahannya kemudian menghela nafas panjang.

"lu tau kan gua deket sama ahmad semenjak hujan bulan kemaren, kita jadi sering chattingan, telponan, jalan beberapa kali...."

"lu jalan sama dia?" kataku memotong.

"let me finish ngit, nah di beberapa kesempatan dia kadang suka tanya tentang lu, ya gua biasa aja mungkin karena kita emang temen deket yakan, eh kemaren dia bilang dia suka sama lu terus minta bantuan gua buat jadi wingwoman gitu."

"oh jadi lu suka sama doi, katanya tempo hari cuma temen."

"ya kalau ditanya gua juga bakal ngelak sih, tapi ya secara ga sadar karena gua udah terbiasa sama dia jadi witing tresno jalaran soko kulino gitulo, dan pas dia bilang gitu rasanya sakit banget, kaya dikhinati gitu ngit, ya padahal dia ga pernah bilang suka sama gua juga si..."

kamu menunduk, rautmu menunjukkan kesedihan.

kentang, kentang, aku tidak menyalahkanmu, pesonaku memang susah dihindari, haha. bukan itu, poinnya. intinya, marilah anggap ini sebagai bentuk kasih sayang Allah agar kamu terhindar dari kisah cinta a.k.a zina yang tak perlu. jadi mari tutup lembaranmu sama si ahmad dan kembalilah seperti dahulu.

ku tepuk pundakmu, lalu berkata,
"tang, perasaan lu valid, normal buat lu ngerasa dikhianatin. gua ga membenarkan hubungan lu sama ahmad, tapi alhamdulillah lu udah sadar dan disadarkan. jadi ya jangan dianggep sebagai kesialan, karna ini justru keberuntungan. lagian siapa juga si yang ga tau kalo si ahmad itu asrama putri, eh astagfirullah kok malah gibah..."

"intinya gua sekarang laper ayo makan."
senyummu kembali, lega aku melihatnya.

"eh, tapi lu ga ada tanggepan, soal ahmad yang suka sama lu?"

"kentang, semua orang juga tau gua itu terlalu baik buat dia..."
hahahaha. kita tertawa bersamaan.

btw, namanya lengkap kentang itu kesya bintang.
kalo gua pelangi utari.
bye.... have a good one


Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impressions: Do They Really Matter? A Case Study on RBF Experiences

How to Navigate Paradigm Shifts: A Guide to Embracing Change

Compliments: Confidence Booster or Killer?